Cari Blog Ini

Minggu, 29 Agustus 2010

Briket Batubara

BRIKET BATUBARA
Teknologi pembuatan briket batubara dari batubara bubuk yang dapat menimbulkan kesulitan pada waktu pengangkutan ternyata sudah banyak dilakukan dibeberapa negara. Hal yang mendorong pemanfaatan briket untuk masyarakat dan industry kecil Indonesia antara lain :
 
1. Potensi batubara Indonesia yang sangat besar
2. Penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di pedesaan3. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana, dengan investasi yang rendah4. Batubara Indonesia mudah pecah dan bernilai kalori tinggi5. Memanfaatkan batubara bubuk yang tidak dipakai sukar ditransport, menjadi lebih bermanfaat6. Adanya endapan batubara dengan cadangan terbatas (10 juta ton) yang dapat dimanfaatkan secara skala kecil untuk daerah sekitarnya7. Kebijaksanaan pemerintah untuk mengurangi pemakaian minyak dan kayu bakar
 
A. Teknik Pembriketan Batubara
a. Sifat briket yang baik
1. Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran2. Mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah waktu diangkat dan dipindah-pindah3. Mempunyai suhu pembakaran yang tetap (± 3500C) dalam jangka waktu yang cukup panjang (8-10 jam)4. Setelah pembakaran masih mempunyai kekuatan tertentu sehingga mudah untuk dikeluarkan dari dalam tungku masak5. Gas hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida yang tinggi
b. Jenis briket
Dikenal 2 jenis briket yaitu :
1. Type yontan (silinder) untuk keperluan rumah tangga
Type ini lebih dikenal dan popular, disebut dengan yontan, suatu nama local berbentuk silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan mempunyai lubang-lubang sebanyak 22 lubang
2. Type egg (telor) untuk keperluan industry dan rumah tangga
Type ini juga dipergunakan untuk bahan bakar industry kecil seperti untuk pembakaran kapur, bata, genteng, gerabah, pandai besi dan sebagainya, tetapi juga untuk keperluan rumah tangga. Jenis ini mempunyai lebar 32-39 mm panjang 46-58 mm dan tebal 20-24 mm
c. Teknis pembuatan
Proses pembuatan briket yontan cukup sederhana. Batubara bubuk ( 5 mm) diberi air (10%) ditekan dengan mesin tekan pembriketan pada tekanan 120 kg/cm2 sehingga diperoleh briket. Untuk type telor perlu ditambah molasses (7%) dan diroll pada mesin briket type roll
d. Parameter dalam pembuatan briket
Beberapa parameter dalam pembuatan briket antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran butir batubara2. Tekanan mesin pada waktu pembriketan3. Kadar air yang terkandung dalam batubara
Beberapa pengalaman, briket dengan kuat tekan > 6 kg/cm2 cukup kuat dan tidak mudah pecah pada saat dibawa, diangkut dan diangkat.
e. Karakteristik pembakaran
Sifat pembakaran adalah sangat penting disamping tergantung dari sifat batubaranya. Karakteristik pembakaran briket ini (lama dan suhu pembakaran) tergantung pula dari besarnya udara yang terbakar (air supply) dan nilai kalori batubaranya. Makin besar udara yang ikut terbakar makin pendek lama pembakaran briket dan makin tinggi nilai kalori batubara yang dibuat briket makin lama waktu pembakaran. Makin besar udara yang diberikan (dengan membuka udara kompor masak) makin pendek waktu pembakaran briket walaupun diperoleh suhu maksimum yang lebih tinggi.
B. Pembuatan Briket Dari Batubara
Contoh batubara digerus sampai ukuran 5 mm, selanjutnya ditambah lempung (20%) sebagai bahan pengikat dan air 10%. Analisa batubara contoh sebagai berikut :Table analisa kimia batubara contoh korea
 
SifatContohKorea 
 atom8,19 39,5 
 fixed carbon50,24 53,70 
 nilai kalor7160 4570 
 S (belerang)0,47 0,29 
 moisture1,91 3,70 
 volatile matter39,66 3,20 
 kelassubbitumine antrasit 
 
Penambahan lempung dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dan besarnya relative didekatkan dengan kadar ash dan briket yontan korea.
a. Kuat tekanDari hasil penekanan dengan mesin pembriketan yang sama diperoleh data sebagai berikut :

Bahan Pengikat Lempung Kuat Tekan (kg/cm2 
20% 7,5 
30% 10,2 

Hasil yang diperoleh memberikan data bahwa kuat tekan berikut adalah cukup baik (> 6 kg/cm2)
b. Karakteristik pembakaranDari hasil pembakaran diperoleh data sebagai berikut :1. Berasap cukup banyak dan berbau tajam2. Suhu pembakaran tertinggi sedikit lebih tinggi daripada briket korea yaitu 6500C – 7000C (briket korea 6000C3. Lama waktu pembakaran pada suhu 3500C ternyata jauh lebih pendek ± 2,5 jam, sedang briket korea 8 jam
Dengan mengatur pipa bukaan udara lebih kecil diharapkan waktu pembakaran lebih panjang.Catatan : penambahan lempung dapat menyerap bau tar dan mempertinggi kualitas briket walaupun dapat mengurangi nilai kalornya.Sebaiknya dipergunakan batubara dengan ash tinggi
c. Meniadakan asap dan bauPercobaan untuk mengurangi/meniadakan asap dan bau dari briket batubara telah dilakukan dengan mengurangi volatile matter. Hal ini dapat ditempuh dengan melakukan karbonisasi terhadap batubara pada suhu rendah dan ternyata berhasil baik. Hanya masalah lama waktu pembakaran dari briket batubara ini masih relative lebih pendek yaitu sekitar ± 4 jam.
 
(Sumber : Batubara & Gambut, Ir. Sukandarrumidi, MSc. Phd)
 
QUALITY (PROGRAM & MONITORING)

A. SAMPLING PLAN


1. Infill core sampling


a. Perencanaan pengambilan core sample didaerah prioritas tambang dengan acuan infill drilling plan.
b. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan strategi dan support studi kualitas.
c. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan kondisi batubara yaitu :
c.1. Batubara segar
c.2. Batubara lapuk karena pengaruh oksidasi
c.3. Batubara terbakar
c.4. Batubara diwashout
c.5. Batubara dengan perbedaan kualitas yang tinggi
c.6. Keseragaman kualitas batubara
c.7. Split
c.8. Unsplit
c.9. Perlapisan selang-seling
c.10. dll.
d. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan tingkat keberhasilan penyamplingan. Seperti pada daerah washout dan outcrop, atau daerah batubara teroksidasi dimana tingkat penyamplingan dengan metoda core sampling sering mengalami kegagalan. Hal ini bisa diganti dengan metode test pit, chips sample, channel sampling, dll.
e. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan faktor biaya berlebihan. Dengan metode yang benar jumlah titik penyamplingan dan faktor kegagalan penyamplingan dapat dikurangi.
f. Daerah yang terwakili (dengan mempertimbangkan faktor daerah pengaruh maka metode sampling bisa diterapkan sesedikit mungkin penyamplingan dengan daerah pengaruh yang maksimal).
g. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan data yang dibutuhkan (variasi data yang dibutuhkan meliputi data ketebalan, data kualitas, data struktur, dll).
h. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan detail kualitas (untuk perencanaan kualitas komposit).


2. Pit Sampling


Sampling Pit dilakukan untuk studi kualitas secara khusus di daerah tambang yaitu :


a. Untuk mengetahui kualitas dari batubara kotor atau batubara oksidasi tinggi, yang pada saat penambangan ditinggalkan karena kualitasnya tidak memenuhi standard atau tidak diketahui. Hasil analisa sampling akan merekomendasi apakah layak dipakai untuk permintaan produksi kualitas rendah, untuk blending, perencanaan pencucian atau tidak akan diproduksi karena kualitasnya sangat rendah.
b. Untuk mempelajari delution source (sumber delusi yang mengakibatkan penurunan kualitas dan kenaikan ash).
c. Untuk mengetahui keadaan seam-seam minor yang berada dilokasi penambangan seam-seam utama, yang karena faktor ketebalan dan harga kualitasnya dapat diproduksi secara menguntungkan.


Prosedur Kerja :


1. Diskripsi urutan litologi dan kondisi batubara yang meliputi top batubara, bottom batubara, jenis batubara, tebal perlapisannya, material kandungannya, litologi ikutan dan strukturnya.
2. Lakukan penyamplingan didaerah target dengan ukuran 10 cm x 10 cm x ketebalan.
3. Pengambilan sample dikerjakan dari top sampai bottom lapisan batubara.
4. Jika pada seam batubara yang disampling terdapat banyak ply, maka setiap ply harus ditempatkan terpisah.
5. Sample dijaga jangan sampai berkurang dan harus mewakili keseluruhan dimensi yang diambil.
6. Siapkan tempat penampungan batubara, dan masukan sample dalam plastik sample yang baik.
7. Peralatan untuk mengambil sample tergantung kondisi perlapisan batubara, jika batubara lapuk dengan linggis pipih, tetapi jika batubara keras diperlukan cut quick dan alat bantu lainnya.
8. Setelah selesai penyamplingan, bereskan perlengkapan dan pastikan lingkungan penyamplingan tetap aman dan bersih.


B. CORE SAMPLING


1. Infill core sampling


a. Siapkan lembar unreconciled log, tiket sample, meteran, gunting, palu, plastik sample, list of core sample, lembar diskripsi dan kamera.
b. Periksa nama lubang bor dari core box yang akan disampling, jika sudah benar periksa urutan susunan core per meter didalam core box.
c. Buka tutup core dengan hati-hati supaya core tidak rusak.
d. Tentukan dan tandai batas top dan bottom batubara.
e. Lakukan pengukuran ketebalan batubara dan bandingkan dengan ketebalan dari unreconciled data.
f. Setelah sesuai, tandai top dan bottom batubara, serta tandai nomor bore hole dan kedalaman batubara kemudian lakukan pemotretan.
g. Lakukan diskripsi core batubara secara detail, mulai dari top sampai bottom dilanjutkan diskripsi litologi diatas dan dibawah lapisan batubara.
h. Parting/split dalam lapisan batubara diperlakukan sbb :
h.1. Parting/split dengan tebal kurang atau sama dengan 5 cm, tidak dipisahkan dan disatukan dengan penyamplingan batubara.
h.2. Parting/split dengan tebal lebih 5 cm, dipisahkan dan lapisan batubara dibawah dan diatas parting disampling secara terpisah.
i. Masukkan sample batubara, sample roof dan sample floor ditempat/kantung plastik yang berbeda.
j. Berikan sample code untuk coal sample, roof sample, parting sample (jika ada) dan floor sample.
k. Berikan tiket sample untuk coal sample, roof sample dan floor sample.
l. Input sample data dalam list of sampling dan input data diskripsi core dalam ample description worksheet.
m. Persiapkan sample yang akan dianalisa.
n. Bereskan segala peralatan dan bersihkan kembali tempat penyamplingan.


2. Development core sampling


a. Prosedur penyamplingan development core secara umum sama dengan prosedur penyamplingan infill core.
b. Perbedaannya, core development disampling lebih detail sehingga memungkinkan untuk dilakukan pemisahan berdasarkan kenampakan fisik batubara atau setiap 1 meter tebal batubara (setiap ply) disampling terpisah.
c. Parting > 5 cm dan < 10 cm dipisahkan sebagai ply tersendiri.
d. Penomoran dilakukan berurutan dari bagian atas ke bagian bawah dengan melanjutkan penomoran sebelumnya. Contoh nomor sample core C0001054.


3. Test pit sampling


Pekerjaan yang dilakukan adalah pemberian sample code dan persiapan untuk pengiriman.


C. PENGIRIMAN SAMPLE


1. Pastikan/check sample yang akan dikirim dan tulis dalam order sample (rangkap 3).
2. Tentukan jenis analisa yang diinginkan.
3. Lakukan pengecekan apakah order sample benar dan jelas.
4. Mintakan persetujuan kepada yang bertanggungjawab.
5. Serahkan sample dan dokumen sample ke bagian Laboratorium PTIM.
6. Input data pengiriman untuk laporan.


D. KUALITAS PIT


Kualitas pit adalah kualitas rata-rata dari keseluruhan data kualitas lubang bor yang ada di pit. Perhitungan kualitas pit dilakukan dengan metode perhitungan komposit dari semua kualitas titik bor yang ada.


Rumus perhitungan secara manual :




( q1 x th1 x rd1 + …..+ qn x thn x rdn )
qp = --------------------------------------------------------


(( th1 x rd1 ) +.…+ ( thn x rdn ))
dimana :


gp = quality of pit
th = thickness
rd = densitas


Hasil perhitungan kualitas pit sangat tergantung dari kebenaran data kualitas bor. Sehingga perlu dilakukan pengecekan terhadap data kualitas setiap lubang yaitu dengan jalan :
1. Check hasil analisa laboratorium dan cocokkan dengan data sampling berkenaan dengan : nomor bor, thickness dan seam target.
2. Lakukan perhitungan komposit tiap lubang bor, jika ada dua atau lebih seam atau ply batubara.
3. Check data posisi setiap sample
4. Check input data ke quality work-sheet.
5. Tentukan untuk perhitungan komposit dan pastikan kebenaran rumus untuk perhitungan komposit (di komputer).
6. Check kembali data composit of pit.
Kualitas pit dianalisa dan dihitung kembali setelah dilakukan proses penambangan (dilakukan setiap bulan sebelum cutting plan yang baru di buat).

Jumat, 27 Agustus 2010



Sifat- Sifat Kristal

Kristal memiliki berbagai sifat khas, dimana kita dapat menentukan kristal tersebut dengan menggunakan ke khasan dari suatu kristal. Berikut sifat-sifat khas dari mineral :

A. Rasa
Rasa bukanlah yang pertama atau mungkin yang terakhir dalam 
mendiskripsi mineral. Namun, rasa kadang-kadang merupakan suatu karakteristik yang sangat baik dan suatu kunci dalam mengidentifikasi beberapa mineral. Umumnya mineral yang biasa dirasa/dicicipi adalah garam-batuan atau halit, tetapi ada beberapa lain mineral yang mempunyai suatu rasa yang membedakan.

Ketika merasakan suatu mineral, janganlah langsung menjilat mineral tersebut karena kemungkinan mineral tersebut beracun. Hal yang perlu dilakukan yaitu membasahi jari lalu sentuhkan jari tersebut ke mineral kemudian jilatlah jari tersebut. Dengan cara ini, seandainya mineral tersebut beracun maka hanya sedikit racun yang mas
uk ke mulut.
Beberapa mineral mempunyai rasa yang unik dan tidak dapat diuraikan kecuali garis besarnya, tetapi dengan berlatih dan mencoba, mineral bisa dengan mudah dikenali.

Berikut ini beberapa contoh mineral yang mempunyai rasa tertentu :

- Borax(alkali manis)
- Chalcanthit(logam manis)
- Glauberit(pahit agak asin)
- Halit (asin)

- Hanksit (asin)
- Silvit (pahit)
B. Ketembusan CahayaKetembusan cahaya adalah kemampuan mineral untuk melewatkan cahaya/sinar. Sifat ini dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. TRANSPARAN MINERAL
Transparan mineral ialah sifat mineral dimana mineral tersebut mampu melewatkan cahaya dan tembus pandang seperti kaca.
Contoh transparan mineral :
- Topaz
- Kalsit

2. TRANSLUCENT MINERAL
Translucent mineral ialah sifat mineral dimana mineral tersebut tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang.
Contoh translucent mineral :
- Witherit
- Gipsum

3. OPAK MINERAL
Opak adalah sifat mineral dimana mineral tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk helaian/lembaran yang sangat tipis. Biasanya mineral ini mempunyai kilap metalik.
Contoh Opak mineral :
- Bixbyite
- Hematit

C. BAU MINERAL
Beberapa mineral mempunyai bau tertentu. Pada umumnya, bau mineral tidaklah begitu tercium kecuali mineral tersebut baru saja digali. Contoh mineral yang memiliki bau yaitu :

  • Mineral sulfur dan juga kelompok mineral sulfida ( markasit, galena, kalkosit, dll) mempunyai bau yang sangat menyengat dan khas.
  • Arsenopirit (mineral arsenik yang beracun) berbau seperti bawang putih ketika mineral ini dihancurkan.

D. REAKSI DENGAN ASAM
Mineral yang dapat bereaksi dengan asam cenderung merupakan kelompok mineral karbonat. Kelompok ini dicirikan dengan adanya gugus anion kompleks, yaitu CO32-. Reaksi dengan asam akan menyebabkan mineral menjadi tidak stabildan akan memutuskan ikatan dan membentuk air dan CO2. Sebagai contoh kalsit, reaksinya yaitu:

CaCO3 + 2H(+1) -------> Ca(+2) + H2O + CO2 (gas)

Pada reaksi ini terjadi suatu gelembung dan buih. Gelembung dan buih ini merupakan reaksi yang menandai adanya ion karbonat. Untuk mendeteksi ion karbonat biasanya digunakan asam HCl.


Tektonik Lempeng

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.

Tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener mengemukakan tentang konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada awalnya hanya terdiri dari satu benua (super continent) yang disebut Pangaea dan dikelilingi oleh lautan yang dainamakan Panthalassa. Kemudian Pangaea ini pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya seperti sekarang ini. Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil kesamaan struktur dan batuan antar benua.

Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya.

Lempeng litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yaitu lempeng Eurasia, Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia Australia. Lempeng-lempeng tersebut bergerak di atas lapisan astenosfir (kedalaman 500 km di dalam selubung dan bersifat kampir melebur atau hampir berbentuk cair). Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi antar lempeng pada batas-batas lempeng yang dapat berbentuk :

  • Divergen : lempeng-lempeng bergerak saling menjauh dan mengakibatkan material dari selubung naik membentuk lantai samudra baru dan membentuk jalur magmatik atau gunung api.
  • Konvergen : lempeng-lempeng saling mendekati dan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menunjam (menyusup) ke bawah yang lain masuk ke selubung. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi Sumatera, Jawa dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.
  • Transform : lempeng-lempeng saling bergesekan tanpa membentuk atau merusak litosfer. Hai ini dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya Sesar Besar San Andreas di Amerika.
Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan pada zona konvergen ini dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat.

Tumbukan itu dapat berupa :
1. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra
Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45º atau lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.

2. Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di bawah yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang terbentuk cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh ke atas permukan laut, maka akan terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang terletak beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra bertemu.

3. Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua sehingga menyebabkan massa benua dan sedimen lantai samudra tertekan , terlipat, dan terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya formasi pegunungan baru. Peristiwa ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua Asia yang menghasilkan pegunungan Himalaya.

Penyebab Lempeng Bergerak
Pendapat yang banyak diterima mengenai penyebab kempeng bergerak saat ini adalah karena adanya arus konveksi di dalam selubung atau mantel. Sebagai energi dalam hal ini adalah panas bumi. Panas bumi menyebar ke luar pusat bumi sepanjang waktu. Konveksi di dalam bumi dikendalikan oleh gravitasi dan sifat-sifat batuan yang mengkerut bila mendingin. Hal ini berarti litosfer samudra lebih berat dari selubung di bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang menarik lempeng ini cukup kuat untuk menendalikan mantel.

Prinsip Dasar Geologi Dalam Penentuan Waktu Nisbi

Perkembangan dari peristiwa dan proses yang terjadi di bumi merupakan suatu sejarah. Sebagaimana ilmu sejarah yang lain, diperlukan suatu skala waktu yang dapat dipakai sebagai acuan waktu dari setiap peristiwa yang terjadi. Oleh karena sejarahnya yang panjang, maka waktu yang terlibat dalam proses atau gejala geologi di bumi disebutsebagai waktu geologi. Panjangnya setiap waktu geologi tidak diukur dalam hari, tahun atau abad, tetapi satuan waktu tersebut dinyatakan dalam jutaan tahun. Ilmu yang membahas tentang penetapan umur geologi dan urutan jaman geologi disebut sebagai Geokronologi.

Penetapan waktu geologi secara prinsip ada dua macam, yaitu penetapan waktu secara nisbi dan penetapan waktu secara absolut (dengan radioaktif). Waktu secara nisbi suatu gejala atau proses terjadi lebih tua atau lebih muda dari gejala dan proses geologi yang lain. Untuk penetapan waktu secara nisbi ini digunakan beberapa hukum stratigrafi, yaitu hukum atau prinsip Unformitarianisme, Initial horizontality, Cross-cutting relationship, Faunal Succession, dan Inklusi.

Prinsip Unformitarianisme :
Keadaan dan proses-proses geologi yang terjadi di bumi pada waktu sekarang ini juga terjadi hampir sama pada masa lampau tetapi pada tempat yang berbeda. Prinsip ini dicetuskan oleh seorang geolog dari Skotlandia, James Hutton, yaitu "the present is the key to the past." menurutnya, keadaan bumi pada masa lalu dapat dijelaskan dengan apa yang terlihat dan terjadi pada saat ini.

Prinsip Initial horizontality :
Pada awal proses kejadiannya, perlapisan batuan pada umumnya akan menempati posisi horisontal di dasar cekungan sejajar dengan permukaan bumi, sehingga kalau dijumpai perlapisan sudah dalam posisi miring, maka perlapisan tersebut sudah mengalami proses tektonik (gerakan kulit bumi) yang memiringkan perlapisan tersebut.

Prinsip Cross-cutting relationship :
Apabila suatu urutan perlapisan terpotong oleh sesar / 
patahan, maka sesar tersebut berumur lebih muda dari perlapisan termuda yang mengalami penyesaran dan lebih tua dari lapisan tertua yang tidak mengalami penyesaran tersebut.

Prinsip Faunal Succession :
Karena terjadinya evolusi, berbagai fosil yang terawetkan di dalam sekuen betuan, kenampakan fisiknya berubah secara gradual dan teratur sejalan dengan waktu. Kelompok-kelompok fosil dan betuan yang mengandung fosil tersebut dapat digunakan untuk mengkorelasikan secara geografik antara suatu daerah dengan daerah lain.

Prinsip Inklusi :
Apabila suatu fragmen batuan masuk kedalam tubuh batuan lain sebagai inklusi, maka batuan yang menjadi inklusi tersebut lebih tua dari batuan yang diinklusinya. Sebagai contoh yaitu ketika xenolit ditemukan di dalam batuan beku, maka xenolit tersebut berumur lebih tua daripada batuan yang di masukinya.


Berdasar pemanfaatan hukum-hukum tersebut maka sebagai hasilnya dapat diketahui urutan kejadian dari bebatuan yang ada di suatu tempat, sehingga urutan posisinya dapat digambarkan dengan baik. Gambar dari urutan posisi batuan di lapangan disebut sebagai kolom stratigrafi dari suatu tempat. Disamping itu secara nisbi dapat pula diketahui kapan terjadinya proses lain yang ada di tempat tersebut misalnya kalau di suatu tempat ada batuan yang mengalami penyesaran (pematahan), perlipatan, intrusi (penerobosan), pengangkatan dan erosi, maka secara nisbi proses tersebut dapat ditentukan kapan terjadinya.

Prinsip pengurutan secara nisbi inilah yang mengawali proses geokronologi dari batuan-batuan di bumi. Kolom-kolom semula dibuat secara lokal disuatu tempat kemudian dicari hubungan kesamaannya (dikorelasikan) dengan kolom di tempat lain. Proses korelasi lokal ini kemudian diperluas menjadi korelasi regional dan akhirnya korelasi secara global. Dalam urutan tersebut terdapat bagian-bagian yang khas berasal dari satu tempat. Oleh karenanya nama urutan tersebut diberikan sesuai dengan nama tempat terdapatnya urutan yang khas tersebut. Sebagai contoh salah satu urutan batuan tua dijumpai di Wales (Inggeris), tempat dimana dulu tinggal suku Cambria. Oleh karena itu urutan batuan yang khas seperti itu, baik yang berada di Cambria maupun yang juga dijumpai di tempat lain selanjutnya disebut sebagai perlapisan Cambrian. Ditempat lain juga di Inggeris dijumpai batuan khas yang tersingkap (muncul dan dapat diamati) di tempat yang dulu ditempati suku Ordovicic. Urutan khas itu disebut sebagai perlapisan Ordovician. Selanjutnya di tempat yang dulu ditempati oleh suku Silur, terdapat urutan batuan yang khas, yang kemudian disebut sebagai perlapisan Silurian. Setelah ke tiga tempat tersebut dikorelasikan terutama dengan mengggunakan hukum Superposisi, diketahui bahwa Cambrian terletak di bawah Ordovician dan Silurian terletak di atas Ordovician. Dengan demikian di sekitar Wales dijumpai urutan perlapisan Cambrian, Ordovician dan kemudian Silurian.

Selasa, 17 Agustus 2010

Metode geolistrik/resistivity dalam eksplorasi emas


Emas merupakan salah satu bahan galian logam yang bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Logam ini juga merupakan logam pertama yang ditambang karena sering dijumpai dalam bentuk logam murni. Bahan galian ini sering dikelompokkan ke dalam logam mulia (precious metal). Penggunaan emas telah dimulai lebih dari 5000 tahun yang lalu oleh bangsa Mesir. Emas digunakan untuk uang logam dan merupakan suatu standar untuk sistem keuangan di beberapa negara. Di samping itu emas juga digunakan secara besar-besaran pada industri barang perhiasan.
Ada tiga hal penting dalam membahas pembentukan emas, yaitu
1. suatu reservoar yang mengandung emas meskipun dalam kadar yang tidak begitu besar
2. larutan airpanas yang dapat membawa emas ke tempat penjebakan
3. tempat penjebakan
Emas dapat dijumpai dalam jumlah cukup besar pada inti bumi dan batuan-batuan yang berukuran halus, seperti lempung hitam. Dua hal ini merupakan reservoar potensial dari logam emas ini
Emas murni sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg (air raksa). Sehingga emas dapat diambil dari mineral pengikatnya melalui amalgamasi (Hg) atau dengan menggunakan larutan sianida (biasanya NaCN) dengan karbon aktif. Di antara kedua metode ini, metode amalgamasi paling mudah dilakukan dan tentunya dengan biaya yang relatif rendah. Hanya dengan modal air raksa dan alat pembakar, emas dengan mudah dapat diambil dari pengikatnya. Metode ini umumnya dipakai oleh penduduk lokal untuk mengambil emas dari batuan pembawanya
Kecenderungan terdapatnya emas terdapat pada zona epithermal atau disebut zona alterasi hidrothermal. Zona alterasi hidrotermal merupakan suatu zona dimana air yang berasal dari magma atau disebut air magmatik bergerak naik kepermukaan bumi. Celah dari hasil aktivitas Gunungapi menyebabkan air magmatik yang bertekanan tinggi naik ke permukaan bumi. Saat air magmatik yang yang berwujud uap mencapai permukaan bumi terjadi kontak dengan air meteorik yang menyebabkan larutan ion tio kompleks, ion sulfida, dan ion klorida yang membawa emas terendapkan. Air meteorik biasanya menempati zona-zona retakan-retakan batuan beku yang mengalami proses alterasi akibat pemanasan oleh air magmatik. Seiring dengan makin bertambahnya endapan dalam retakan-retakan tersebut, semakin lama retakan-retakan tersebut tertutup oleh akumulasi endapan dari logam-logam yang mengandung ion-ion kompleks yang mengandung emas. Zona alterasi yang potensial mengandung emas dapat diidentifikasi dengan melihat lapisan pirit atau tembaga pada suatu reservoar yang tersusun atas batuan intrusif misalnya granit atau diorit.
Respon emas terhadap IP dan resistivity sangat beragam dan cukup sulit diidentifikasi dimana tidak setiap vein atau retakan bekas hidrotermal mengandung emas. Berdasarkan hasil IP dan resistivity atau magnetotelurik suatu vein dapat diidentifikasi mengandung emas dengan melihat pada nilai true_R atau tahanan sebenarnya yang sangat kecil, namun perlu diperhatikan bahwa tidak setiap nilai resistivity yang rendah dari suatu vein dipengaruhi oleh emas karena selain emas juga ikut terendapkan mineral pirit dan tembaga yang juga memiliki nilai tahanan jenis yang rendah.
Korelasi data IP dan resistivity dengan data geokimia suatu zona alterasi sangat penting dimana melalui data geokimia kita dapat menentukan mineral apakah yang dominan mengontrol rendahnya nilai resistivitas apakah emas, tembaga, atau pirit. Sehingga kita dapat mengetahui mineral apa yang dominan terendapkan pada suatu vein.
Berdasarkan hasil dari IP dan resistivity sebaiknya dikorelasikan lagi dengan data bor lokasi penelitian. Korelasi ini sangat penting karena metode geolistrik (IP dan resistivity) adalah proses awal atau suatu proses perabaan yang merupakan dugaan sementara. Korelasi dari data bor tadi akan meminimalkan error yang ada.
Dalam proses analisis geolistrik sebaiknya berhati-hati dengan water table yang akan menurunkan nilai resistivitas apalagi jika daerah tersebut merupakan suatu zona basah seperti adanya sungai dalam zona argilic nilai resistivitas akan bernilai rendah hal ini akan disebabkan karena adanya ion-ion yang terikat dalam zona alterasi argilic.
Sumber :
REALITA GEOLOGIST

Geologist mungkin profesi yang jarang di dengar orang terkecuali orang yang hidup di daerah yang sebagian masyarakatnya pro aktif terhadap lingkungan tambang atau pun dunia eksplorasi.sebuah profesi yang mewajibkan pelakunya berkeliling ke segala penjuru negeri ini untuk mencari bahan galian ekonomis untuk di tambang atau pun di eksploitasi.


Profesi yang juga mengharuskan seorang geologist punya mental dan fisik yang kuat pula,karena seorang geologist harus rela berjalan kaki jauh masuk ke dalam hutan-hutan belantara yang belum tentu mau di masukin oleh kebanyakan orang di negeri ini dan hidup selama berbulan-bulan di tengah hutan dengan kenikmatan hotel “bintang lima” hanya untuk sebuah data dengan di tunjang dengan menu “restaurant” ber kelas dunia yang mempunyai nutrisi minus alias yang penting makan lha agar gak terserang Malaria ataupun tipes yang jadi menjadi momok menakutkan bagi setiap geologist.


Terisolasi dari dunia luar karena gak ada sinyal dari provider penyedia layanan seluler asli sangat di rasakan dan sebenarnya sedikit “menyiksa” karena handphone yang seorang geologist punya hanya untuk dengarin musik doank atau nonton film 3gp buatan orang2 kreatif hahahahaha,handphone itu juga berani dinyalakan kalau punya mesin listrik kalau gak punya ya simpan baik-baik tuh HP nanti pas cuti baru deh di hidupkan tapi ada kemungkinan ganti nomer karena masa tenggang pasti dah habis hahahaha..Tau gak yang paling terasa berat karena gak bisa berkomunikasi dengan orang2 tersayang dan tercinta tapi demi rupiah yang lumayan gede untuk pekerjaan di indonesia boleh lha hal-hl itu di korbankan untuk sementara waktu hehehehe.
Maka jangan heran jika seorang geologist begitu ketinggalan informasi apapun apa lagi info dari dunia selebritis hahahahaha,


Tapi segala pengasingan,penyiksaan,keterbatasan dan capek terbayar setiap hari ketika meresapi keindahan alam,mandi di sungai yang jernih,menghirup udara yang segar,menikmati segala macam kicauan burung-burung,suara binatang malam,berburu babi hutan dan binatang2 yang bisa dimakan,menjala ikan dan menikmati cantiknya langit dimalam hari membuat hidup berasa lebih waaahhh dan hal itu tidak di temukan di kota.Menyatu dengan alam,belajar dari alam liar adalah kenikmatan menjadi seorang geologist yang gak di dapat siapapun terkecuali bekerja di dalam hutan belantara.


Belajar dari alam dan menghargai alam maka alam juga akan menghargai kita dan melindungi kita


Hidup Geologist Indonesia......



Jumat, 13 Agustus 2010

Peta Zonasi Gempa 2010


Berita cukup menggembirakan dengan munculnya peta Zonasi Gempa v 2010 yang kali ini masih dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan umum. Peta yang ditanda-tangani oleh Menteri PU ini merupakan peta yang merevisi peta lama edisi 2002.
Pada 2002, Indonesia sebenarnya telah memiliki standar bangunan dan infrastruktur tahan gempa disebut dengan SNI 03-1726-2002. Peta baru tersebut memperbaiki beberapa hal dari peta gempa yang lama yang digunakan dalam SNI 2002. Sebab, peta baru menggunakan prosedur baru. Yakni, membuat analisis probabilitas bahaya seismik yang digunakan oleh United States Geological Survey (USGS) atau Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat.
Peta ini memang bukan peta rawan bencana (gempa). Peta ini dibuat oleh Departemen Pekerjaan Umum untuk kebutuhan building code atau perijinan serta peraturan untuk membangun bangunan baru, termasuk gedung, jembatan, bendungan serta konstruksi lainnya. Jadi perlu diketahui bahwa peta ini diperlukan untuk mengkaji strutur bangunan yang akan dibangun didaerah yang dipetakan. Sedangkan peta untuk kebutuhan kebencanaan harus diturunkan atau diproses dan dan dianalisa lanjut sesuai dengan mikrozonasi kerawanan gempa.
Yang diatas adalah ini peta zonasi gempa yg untuk perioda ulang 2475 tahun, sedangkan yang dibawah ini ini peta zonasi gempa yg untuk perioda ulang 475 tahun :
Periode ulang 475 tahun
Ini Bukan Peta Rawan Bencana
Secara tidak langsung kita dapat mengetahui bagaimana kerentanan goyangan gempa suatu daerah dari peta ini. Namun melihat skala serta tujuan pembuatannya, jelas kita masih memerlukan Peta Rawan Bencana dalam skala lebih detil lagi. Memang perlu dimengerti bahwa untuk masalah kebencanaan peta ini masih  perlu diolah lagi khususnya untuk keperluan mitigasi bencana. Misalnya kerentanan tanah terhadap goyangan (mudah longsor apa tidak), juga jumlah penduduk disekitar daerah “earthquake prone” (daerah paling mungkin tergoyang gempa), bagaimana konstruksi bangunan yang ada bila terkena goyangan dll.
Peta patahan.
Patahan memang merupakan data dasar untuk mengetahui kerawanan terhadap gempa. Perlu diingat bahwa gempa itu bermacam-macam genesa pembentukannya. Ada gempa dalam tektonik akibat tubrukan lempeng. Ada gempa dangkal akibat pergeseran patahan-patahan permukaan seperti gempa disepanjang Patahan Semangko Sumatra, Gempa Jogja akibat patahan Opak. Juga ada gempa akibat letusan gunung-api.
Salah satu kompenen dalam peta Rawan Bencana (gempa)  perlu ditambahkan komponen peta patahan aktif (dan nonaktif). Peta-peta patahan memang sudah banyak dipetakan. Namun tidak mudah mengenali patahan aktif dan patahan non-aktif. Patahan ini mirip gunung api, ada yang menyebutkan gunung api “doorman” (tidur) dimana bisa saja suatu saat aktif lagi. Mirip patahan Opak di Jogja yang sebelumnya tidak dikenali sebagai peta aktif namun tiba-tiba menggoyang dan memporak-porandakan kota Jogja. Para ahli kebumian (geosains) tidak mudah mengenali patahan ini yang tahu tiba-tiba bergerak lagi, walaupun sudah dicurigai. Tetapi tidak ada atau sangat minim sekali penelitian khusus mengenai keaktifan patahan-patahan ini.http://rovicky.wordpress.com/2006/06/20/patahan-patahan-yg-membelah-pulau-jawa/
Beberapa patahan memang dikenali sebagai patahan aktif karena gerakannya termonitor dalam 50-100 tahun lalu dari gempa-gempa yang terrekam. Patahan yang pasti diketahui aktif misalnya Patahan Semangko (Sumatra), Patahan Palu Koro (Sulawesi), Patahan Sorong. Namun patahan-patahan besar lainnya di JAwa ini tidak secara pasti diketahui bahwa masih aktif. Misalnya Patahan Lembang, Patahan Grindulu (Pacitan) dll.
Dengan demikian masih diperlukan penelitian2 khusus mengenai keaktifan patahan-patahan yang diduga aktif ini.
Bahaya gempa tidak pernah sendiri. Kita tahu gempa menyebabkan retakan-retakan yang mungkin akan longsor akibat dipicu hujan. Tentunya menambahkan faktor kestabilan lereng serta curah hujan akan menambah peta rawan bencana ini semakin kompleks. Gempa juga memicu tsunami, tentunya peta bahayanya menjadi tidak sekedar bahaya goyangan gempa saja kan ?
Perlu diacungi jempol ke PU yang sudah mengupdate peta ini. Namun tentusaja kita tidak bisa berhenti disini utk melihat kerawanan gempanya.